Menimba Ilmu dari As Laksana
Posted by Abd. Warits Ilham |  at 13.32
No comments
Awal “Perkenalan” dengan As Laksana
Catatan Pertama; Sesaat Bersama As Laksana
Saya memang tidak banyak mengenal
tentangnya, saya pun tidak begitu riwayat hidupnya, dari mana asalanya, sekolqqah
dimana, dan bagaimana memuliai karir kepenulisannya. Awalnya, saya mendengar
namanya dari perbincangan beberapa teman-teman
saya di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) saat masa akhir-akhir perkuliahan
di Instika, sejak saat itu saya mulai
sedikit-sedikit memburu karyanya, baik yang berupa artikel, esai atau cerpen di
media massa.
Saya begitu suka dengan gaya bertuturnya,
simpel tapi menarik; maaf bukan bermaksud menyimpulkan gaya kepenulisanya, tapi
setidaknya itulah yang saya tangkap ketika membaca karya-karya As Laksana. Dari
itu, ada rasa ingin mengenalnya lebih jauh tentang riwayat kepenulisannya,
sebab saya berkeyakinan bahwa tidak ada seorang penulis yang lahir instan,
semuanya pasti melewati perjuangan panjang, dan tantangan yang begitu berat.
Ketika saya memiliki akun twitter, saya
mencoba mengikuti akun As Laksana, sebab di Facebook mas AS Laksana sudah
memiliki temang maksimal, hingga tidak memungkinkan ada tambahan teman baru,
begitu peringatan dari Facebook setiap kali saya mencoba meminta pertemanan.
Karena itulah, saya lebih memilih mengikuti ide-idenya di twitter, sebab lebih
memungkinkan untuk juga ikut berkomentar, meski seringkali ketika saya akan
komen ada rasa “segan” yang tak saya pahami kenapa, tiba-tiba saja ada rasa
takut kalimat saya salah dari segi penyusunan kalimat efektif. Saya pun
seringkali menghapus kalimat itu.
Karena itu, ketika saya mengetahui panitia
Festival Cinta Buku (FCB) BEM Instika tahun ini berencana menghadirkan AS
Laksana saya senang sekali, rupanya akan ada jalan untuk sedikit menghapus rasa
penasaran saya akan sosok yang selama ini hanya saya ikuti tulisannya di media,
saya berharap dapat mengobrol banyak tentang apa saja, meski saya juga tidak
tahu seberapa lama beliau akan tinggal di annuqayah.
16 April 2013, adalah jadwal kedatangan mas
As Laksana ke Annuqqayah, sengaja saya berangkat dari rumah lebih pagi agar
beberapa pekerjaan di LP3M yang dari kemaren terbengkalai bisa diselesaikan
lebih awal, dengan begitu saya akan mendapatkan waktu yang cukup untuk mengikuti
sajian materinya nanti. Tapi rupanya, setibanya di Instika saya baru tahu bahwa
pelaksananya masih jam 13.30, bahkan kemungkinan bisa saja baru dimulai ketika
jam 14.30 Wib, sebagaimana kebiasaan lama di Guluk-Guluk, selalu ada
“dispensasi” waktu tak terbatas dalam sebuah acara. Karenanya, ketika jadwal
diagendakan jam 13.00 maka dapat dipastikan satu jam setengah kemudian, acara
baru akan dimulai.
Setibanya di Aula Asy-syarqawi Instika,
saya langsung menfokuskan pandangan ke deretan bangku bagian depan, ingin
memastikan apakah sosok As Laksana sudah duduk disana, ternyata belum ada.
Mungkin masih di jalan, begitu pikir saya. Saya pun mengalihkan pandangan ke
beberapa stand bazar yang menawarkan beberapa buku. Kalau tidak salah hitung,
ada sedikitnya enam stand yang memenehui ruangan Aula ini. Saya mencoba
bertanya, penerbit buku apa saja yang mencoba mencari peruntungan di acara
tahunan BEM Instika kali ini, sayangnya teman bicara saya tidak tahu juga, dia
hanya menyebutkan LkiS dan Diva Press.
Baru beberapa menit saya berkeliling, tiba
pengeras suara berdengung, rupanya mas As Laksana sudah tiba dan acara siap
dimulai. Saya menyesali diri, kenapa tadi tidak bersabar diri menunggunya di
depan pintu sehingga saya bisa menyalaminya. Saya sudah kehilangan moment paling
berharga itu, padahal tadi sudah berencana akan juga memotretnya dari dekat. Ya
apa daya, mungkin takdir sedang tidak mengijinkan saya bersalaman dengannya
hari itu, semoga lain waktu saya mendapat kesempatan bukan hanya bersalaman
tapi juga bisa duduk satu meja menjadi dalam sebuah diskusi, semoga. Amieen
ya rabbal alamin
***
Bersambung
....
Pangong-ngangan,
21 April 2013
Arits Ilham
Orang sederhana, cenderung merasa kekurangan, tidak pernah puas dengan proses belajar yang telah dilakukanya. Baginya, tidak ada kata berhenti untuk sebuah pembelajaran, salah satu konsep hidupnya, belajar terus menerus meski berulang kali mengantarkannya pada kesalahan dan kekalahan. Tekadnya, berupaya memberikan senyum kesejukan pada orang lain.
Langganan
Jika ingin berlangganan tulisan di blog ini, silahkan pasang email Anda di kolom berikut
Bagikan ke
Tulisan Terkait
0 komentar: