Problema Pendidikan Indonesia

Posted by Abd. Warits Ilham  |  at  11.32 No comments

Problema Pendidikan Indonesia
Oleh : Abd. Warits

”Pendidikan harus mengajarkan moral dan kreativitas”

Manusia sebagai pelaku pendidikan yang memiliki kesadaran waktu dan marencanakan masa depan yang lebih baik, membutuhkan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal hidupnya. Untuk mendapatkannya, dibutuhkan pendidikan (sistem) yang baik-berkualitas. Suksesnya pendidikan akan memberikan pengaruh cukup besar terhadap aspek lain seperti ekonomi, sosial budaya, politik sekaligus menentukan kesejahteraan masyarakat. Sebab itu, pendidikan selayaknya diprioritaskan untuk diperhatikan.
Tapi anehnya, jika moral remaja amburadul, pendidikanlah yang dituding sebagai tersangka pertama juga utama. Orang akan dengan mudah berkomentar: pendidikan gagal, maka angka kemiskinan menjadi meningkat; pendidikan hancur, maka angka pengangguran terus meroket. Tawuran antar pelajar yang banyak menghiasi media massa akhir-akhir ini, dinilai sebagai bentuk kekacauan sistem pendidikan yang kering pada spirit moral-religius. Pendeknya, pendidikan selalu ditempatkan di kursi pesakitan sebagai tertuduh. Pada titik ini, ”perhatian” yang dimaksud bukanlah menuduhkan segala kekacauan kehidupan ini pada pendidikan, melainkan mendorong pendidikan agar semakin berkualitas. Dan itu (pendidikan berkualitas) tidak bisa terwujud jika terus menudingkan setiap kekacauan pada pendidikan.
Beberapa masalah yang terjadi negeri ini diyakini banyak kalangan sebagai akibat buruknya kualitas pendidikan. Sejak era refomasi hingga kini, belum ditemukan format pendidikan yang mampu menjawab persoalan bangsa dengan baik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menemukan akar masalah pendidikan namun sejauh ini yang terjadi justru pendidikan semakin kacau balau.b
Latar belakang inilah yang menyebabkan pemerintah kita bingung membuat format pendidikan yang pas buat indonesia. Perubahan nama dan sistem kurikulum yang terjadi dalam waktu singkat, belum menghasilkan apa-apa.
Anggaran pendidikan yang tinggi belum menberikan kontribusi apapun, hanya menambah peluang aparat untuk korupsi lebih banyak. Bahkan, beberapa peraturan yang diterbitkan untuk mengatasi persoalan pendidikan, justru melahirkan masalah baru. Seperti: UU BHP dan kenaikkan nilai standart UNAS. Kedua keputusan ini hanya menuai banyak protes karena disisinyalir akan memperkeruh wajah pendidikan. UU BHP akan melahirkan kapitalisasi pendidikan yang tidak pro rakyat kecil, sedangkan kenaikan nilai UNAS akan memasung kreatifitas siswa karena wamtunya akan banyak tersita untuk UNAS. Singkatnya, banyak sekali keputusan pemeritah justru menambah beban anak didik.
Diakui atau tidak, pendidikan kita kering dari spirit agama, sehingga sering ditemukan anak didik berkepribadian ganda. Cerdas dalam kelas, namun tidak memiliki moral yang luhur, tidak beretika dalam pergaulan. hal ini terjadi karena pendidikan kita hanya menyentuh fisik (otak) saja, tidak memasukkan unsur spiritual (nilai agama) dalam setiap materi pelajaran. padahal manusia tidak hanya tersusun secara fisik (jasmani), namun ada unsur rohani yang juga butuh pendidikan dalam perkembangannya.
Selain itu oreintasi pendidikan kita sangat dangkal. hanya berusaha menjawab ”Apa” (What Oreinted), maka yang didapatkan adalah orang-orang yang pintar beretorika, kaya konsep, namun miskin kratifitas dan anilisis. Akibatnya, banyak diantara mereka yang tidak mampu menghubungkan masalah yang terjadi dengan teori yang dimilikinya.
Semestiya, pendidikan diarahkan untuk menjawab ”Bagaima” (Why Oriented). Dengan demikian akan ditemukan pola hubungan antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lain, dan pada akhirnya akan melahirkan kreatifitas yang bisa menjadi solusi terhadap masalah yang terjadi.
Nasib bangasa akan bangkit bila pendidikan negeri mampu melahirkan orang-orang bermoral dan kaya kreatifitas. Ini akan dicapai bila pemerintah lebih serius mengelola pendidikan dengan tidak tergesa-gesa menbuat keputusan.

Tagged as:

Arits Ilham

Orang sederhana, cenderung merasa kekurangan, tidak pernah puas dengan proses belajar yang telah dilakukanya. Baginya, tidak ada kata berhenti untuk sebuah pembelajaran, salah satu konsep hidupnya, belajar terus menerus meski berulang kali mengantarkannya pada kesalahan dan kekalahan. Tekadnya, berupaya memberikan senyum kesejukan pada orang lain.

Langganan

Jika ingin berlangganan tulisan di blog ini, silahkan pasang email Anda di kolom berikut

Bagikan ke

Tulisan Terkait

0 komentar:

Pengikut

Copyright © 2013 Pengintai Senja. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top