Menimba Ilmu dari As Laksana 2
Posted by Abd. Warits Ilham |  at 11.22
No comments
Foto diambil di sini |
Belajar “Memesrai” Buku:
Catatan kedua; Sesaat bersama As
Laksana
Acara seminar bertemakan “buku sebagai
jantung peradaban” ini di pimpin oleh ra Muhammad Mushthafa selaku
moderator, saya tambah antusias mengikutinya. Saya pun segera mencari tempat
duduk yang mulai sesak, kata panitia, mereka menyipkan 300 kursi bagi putera
dan puteri khusus untuk acara ini. Dan ternyata, mereka agak kewalahan sehingga
banyak peserta terpaksa berdiri, beruntunglah saya mendapatkan tempat duduk.
Setelah moderator memberikan sedikit
pengantar mengenai topik yang akan diperbincangkan, dan membaca profile
pemateri tibalah kini mas As Laksana berbicara. Beliau mengawali ulasannya
dengan sedikit bercerita mengenai persiapan yang dilakukannya semalam untuk
materi diskusi ini. Kalau saya tidak salah mengingat, mas As Laksana menyiapkan
materi dalam waktu satu jam sambil lalu menunggu waktu keberangkatan pesawat
dari jakarta ke surabaya.
Mas As Laksana memperkirakan hanya
memiliki waktu se jam di forum ini, maka ia hanya menyiapkan 6 poin pokok
bahasan yang diberinya judul “Enam Pertanyaan Tentang Buku”. Dari pengantar
awalnya, mas As Laksana senantiasa menekankan pentingnya berbicara atau menulis
dengan cepat dan padat. Sebab, dengan menulis cepat, kita akan banyak waktu
untuk menulis lagi, dan membaca lebih banyak buku.
Selanjutnya, mas As Laksana tidak
banyak beretorika, beliau lebih memilih membaca catatan yang telah disiapkannya
sejak dirumah. Pertanyaan pertama, apa yang diberikan buku? Pertanyaan
sederhana tapi seringkali luput dari perhatian penikmat buku. Itulah sebabnya,
banyak orang yang merasa bosa untuk membaca buku, karena mereka tidak menyadari
bahwa ada banyak hal yang diberikan buku pada kita.
Dalam hal ini, mas As Laksana
menceritakan beberapa hal yang akan diberikan buku bagi manusia, salah satunya
adalah buku akan selalu memberikan pengalaman baru. Bahkan “pengalaman” di masa
lalu yang tak mungkin terulang, akan dapat kita rasakan melalui buku. Mungkin
ini pulalah salah satu alasan, mengapa buku dapat menjadi guru yang paling
utama, ia dapat mengajarkan kita tanpa perlu mengalaminya terlebih dahulu.
Selanjutnya mas As Laksana bercerita
pengalamannya di masa kanak-kanak dulu, ketika dipilih untuk mewakili
sekolahnya dalam lomba cerdas cermat, ia dipilih karena dianggap memiliki
“kekayaan” dalam berbicara. Meski saat itu mas As Laksana tidak juga mengerti
maksud dari kalimat “kaya bahasa” yang dimaksudkan gurunya tersebut.
Memang, selalin memberikan pengalaman,
buku membuat kita selalu menemukan kosa kata baru. Dan sebagai seorang manusia,
baik ia bermiant menjadi seorang penulis atau tidak, pasti akan bersinggungan
dengan kosa kata dalam kesahariannya. Sebab, kita tidak mungkin menyampaikan
isi pikiran kita melalui isyarat, akan sulit orang memahaminya. Karena itu,
kata-kata lah yang paling pas untuk digunakan sebagai alat komunikasi.
Rangkaian kalimat indah, dan memikat,
serta mampu menyampaikan maksud gagasan kita pada orang lain dengan sempurna,
hanya akan bisa dilakukan ketika kaya kosa kata. Sehingga ide yang awalnya
biasa saja, akan tampak sangat menarik, bila disampaikan dengan kalimat “yang
tidak biasa” digunakan orang lain. Dengan begitu, ide atau gagasan yang kita
sampaikan tentu akan mudah dipahami bahkan diikuti banyak orang.
Masa kanak-kanak mas As Lakana
dihabiskan banyak “bergaul” dengan buku, dari pada bermain dengan teman
seusianya. Dia telah banyak membaca berbagai macam novel dengan tema beragam, bahkan
beberapa buku sastra yang tidak mudah diapahami. Tapi As Laksana muda tidak
peduli, dia hanya membaca dan terus membaca. Proses itulah yang kemudian bisa
membuatnya menjadi penulis handal masa kini, dia telah melahap banyak kosa kata
sejak usia muda. Mungkin bisa dikatakan, kosa kata yang ia lahap telah
melampuai usianya.
Sementara itu, bagi seorang yang
berminat belajar menulis, kekayaan kosa kata merupakan modal paling utama. Kemandegkan
dan kebingungan dalam menulis karena dia kehabisan kata-kata untuk menuangkan
isi pikirannya. Karena itu, menjadi wajib hukumnya melahap banyak buku sebelum
dia memulia aktivitas menulisnya. Melalui buku itu pulalah, kita bukan hanya
mengenal kosa kata baru, melaikan juga akan mengenal susunan kalimat bagus,
padat gagasan, dan menarik untuk dibaca.
Pangong-ngangan Madura
22 April 2013
Mator Pangestoh
Arits Ilham
Orang sederhana, cenderung merasa kekurangan, tidak pernah puas dengan proses belajar yang telah dilakukanya. Baginya, tidak ada kata berhenti untuk sebuah pembelajaran, salah satu konsep hidupnya, belajar terus menerus meski berulang kali mengantarkannya pada kesalahan dan kekalahan. Tekadnya, berupaya memberikan senyum kesejukan pada orang lain.
Langganan
Jika ingin berlangganan tulisan di blog ini, silahkan pasang email Anda di kolom berikut
Bagikan ke
Tulisan Terkait
0 komentar: