Menuju Perubahan
Posted by Abd. Warits Ilham |  at 15.05
No comments
Sumber foto di sini |
Saya baru saja membeli empat seri buku Adonis yang berjudul Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam jilid I-IV. Saya membelinya di FCB V yang dilaksanakan BEM Instika sejak beberapa hari yang lalu dan kabarnya akan berakhir tanggal 23 April 2013.
Buku Adonis ini, mengalahkah niat saya untuk membeli beberapa
buku lain yang selama ini memang saya cari. Entah karena apa, ketika saya
melihat buku ini, tiba-tiba ada niatan kuat untuk membelinya. Saya memang tidak
begitu kenal dengan Adonis, berbeda dengan Nasr Hamid, Arkoun atau Abit
Aljabiri yang pemikirannya sempat kami diskusikan di bangku kuliah dulu. Tapi
saat melihat judul buku ini, tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diri saya
untuk mendapatkan buku ini secara lengkap, apa lagi melihat stoknya yang hanya
tinggal 2 eks untuk masing-masing jilid saya pun memutuskan untuk segera
membelinya, meski keadaan “kantong” sedang kempes.
Sesampainya di rumah tak sabar saya langsung membacanya.
Seperti kebiasaan saya selama ini saat menemukan buku baru, saya pasti
menamatkan kata pengantar terlebih dahulu, dari pengantar itulah saya merasa
mendapat arahan yang utuh mengenai buku yang akan saya baca.
Dalam pengantar itu, saya disuguhi perdebatan mengenai yang
“Statis” dan “Dinamis” sesuatu yang “diam, mapan”, dan sesuatu yang “bergerak,
berubah dan anti kemapanan”. Memang, dua kata itu; Statis dan Dinamis sudah
seringkali menjadi perdebatan dalam sejarah peradaban manusia, bahkan menjadi
konflik berdarah yang berkepanjangan, hanya bimbang memutuskan apakah kita akan
berubah sesuai dengan perkembangan zaman atau kita bertahan guna melawan setiap
perubahan.
semestinya, konsep kaidah fiqih “menerima pembaruan yang
lebih baik dan mempertahankan tradisi lama yang relevan“ bisa menyelesaikan
kedua perdebatan itu, namun nyatanya banyak orang yang lebih memilih bertahan
dari pada berkreasi untuk menemukan pembaruan. Memang, perubahan memiliki
banyak resiko, tak sedikit pembaruan yang bertujuan baik itu justru hanya
memperparah keadaan, bahkan berakhir tragis. Dan hal itulah yang selalu menjadi
penghalang mereka untuk mengupayakan sebuah perubahan. Bahkan dari ketakutan
itu, seringkali mereka bertindak “beringas” ketika menhadapi pihak-pihak yang
seringkali melakukan pembaruan.
Dalam sebuah ayat, Tuhan pernah bersumpah dengan menggunakan
kata “Waktu atau Masa” (al-ashr). Saya memang bukan ahli tafsir yang
kompeten untuk memaknai kata itu, namun pastinya Masa atau Waktu yang
disebutkan itu tidaklah statis, ia senantiasa bergerak dan berubah. Dari itu
lalu saya berkeyakinan bahwa penggunaan kata itu bukan semata-mata Tuhan ingin
menunjukkan bahwa waktu itu adalah hal yang sangat berharga dan harus
dimanfaatkan dengan baik, tapi juga ingin “memerintahkan” manusia untuk
senantiasa melakukan perubahan; perubahan kearah yang lebih baik.
Mari bersama-sama kita ubah sesuatu yang sepatutnya kita
ubah, dan kita pertahankan sesuatu yang pantas untuk dipertahankan.
Arits Ilham
Orang sederhana, cenderung merasa kekurangan, tidak pernah puas dengan proses belajar yang telah dilakukanya. Baginya, tidak ada kata berhenti untuk sebuah pembelajaran, salah satu konsep hidupnya, belajar terus menerus meski berulang kali mengantarkannya pada kesalahan dan kekalahan. Tekadnya, berupaya memberikan senyum kesejukan pada orang lain.
Langganan
Jika ingin berlangganan tulisan di blog ini, silahkan pasang email Anda di kolom berikut
Bagikan ke
Tulisan Terkait
0 komentar: