Kekuatan Guru

Posted by Abd. Warits Ilham  |  at  11.20 No comments

Untuk Guruku

Malam yang indah, tapi tak seindah perasaan dalam hatiku. Aku pun tak tahu malam ini harus bersikap bagaiman, sebab aku tak mengerti mengapa selalu dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk dijalani. Kata orang disinilah rahasia hidup bersembunyi, katanya lagi ada hikmah dibalik itu semua. Tapi sampai detik ini diusiaku yang ke-20 aku belum menemukan bentuk hikmah yang selalu disebut-sebut orang layaknya emas murni.
Malam ini, tanggal 31 desember penghujung waktu 2008. besok hari yang baru akan datang, semoga saja membawa manfaat lebih bagi kehidupanku.s
Malam ini pula, karantina akan diakhiri. Setelah 13 hari belajar bersama sangat banyak pengalaman dan pengetahuan yang saling dibagi. Sunnguh pengalaman yang sulit didapatkan. Kak Khotib, aku ingin mengucapkan terimakasih yang banyak pada ketulusannmu membimbign kami walau tidak serius belajar padamu bahkan sering kali mengeluh. Padahal proses yang kami alami belumlah seberapa. Dibanding dengan pengalaman orang-orang yang sengaja kau datangkan untuk memompa semangat kami belajar menulis.
Malam ini jujur aku akui tidak tahu harus berbuat apa-apa. Pikranku terasa kosong. Aku sadar perpisahan pasti menjumpai orang-orang yang merajut pertemuan. Dan semestinya persitiwa ini tidak pantas untuk ditakutkan oleh siapaoun, karena hal itu sudah menjadi hukum alam. Memang, kebanyakan orang baru sadar betapa besar makna kebersamaan orang yang ada disekitar kita ketika semuanya telah berakhir. Mugkin aku juga seperti itu adanya. Aku tidak akan mengelak sebab itulah faktnya, mungkin aku masih belum menjadi orang yang minoritas seperti tuntunanmu.
Tak pernah menyangka bahwa apa yang akan disampaikan malam ini sebagai pentup acara karantina akan melahirkan isak tangis yang dalam. Aku memang tidak meneteskan air mata tapi dalam hatiku tergoers luka yang sangat dalam. “Aku masih ingin belajar bersamamu kak” hanya kata-kata ini yang bisa aku ucapkan dalam hatiku. Tapi bikla kau pikir kelalaian yang selama masa karantina aku lakukan mungkin tidak akan ada yang mau mengajariku yang setiap waktu melupakan komitmen yang dijanjikannya sendiri.
Kini aku menyadari bahwa pasca karantina aku memiliki tanggung jawab yang besar. Semua orang sudah tahu aku adalah calon penulis. Orang-orang akan bertanya dimana hasil tulisanku. Tak ada batasan waktu untuk belajar, sudah selayaknya semua waktu yang kita miliki sebagai anugerah Tuhan dimanfaatkan sebaik mungkin.
Aku teringat beberapa film serial laga yang rutin aku tonton diwaktu masih duduk dibangku MTs, dimana seorang murid diperintahkan untuk turun gunugung mengamalkan ilmu yang dimilikinya dijagat raya. Perpisahan seperti sangat menyedikan, tapi harus dijalani, bila tidak ilmu yang dierikan sang guru tidak akan berkembang dan bermanfaat.
Mungkin, bila diibaratkan aku sudah tiba saatnya untuk turun gunung. Tapi sayang aku merasa belum siap untuk berpetualang. tapi…, aku pikir semua orang tidak akan pernah merasa siap untuk memikul sabuag tanggung jawab. Dan yang tahu terhadap yang kita miliki adalah orang yang mendidik kita. Guru dan orang tua yang sangat menyayangi kita.
Malam ini, aku diberikan ijazah sebagai tanda keikhlasan seorang guru terhadap ilmu yang diberikannya. Semoga aku bisa menjalani semua amanatnya atas ilmu yang diberikannya padaku. (bersambung)

Tagged as:

Arits Ilham

Orang sederhana, cenderung merasa kekurangan, tidak pernah puas dengan proses belajar yang telah dilakukanya. Baginya, tidak ada kata berhenti untuk sebuah pembelajaran, salah satu konsep hidupnya, belajar terus menerus meski berulang kali mengantarkannya pada kesalahan dan kekalahan. Tekadnya, berupaya memberikan senyum kesejukan pada orang lain.

Langganan

Jika ingin berlangganan tulisan di blog ini, silahkan pasang email Anda di kolom berikut

Bagikan ke

Tulisan Terkait

0 komentar:

Pengikut

Copyright © 2013 Pengintai Senja. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top